Minggu, 09 Maret 2014

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Three-Peat All England

Repeat adalah mengulang sedangkan three-peat adalah kembali mengulang apa yang sudah diulang. Jadithree-peat adalah gabungan dari kata three dan repeat.Istilah ini erat kaitannya dengan dunia olahraga dimana ditujukan kepada seseorang  atau tim yang mampu dua kali mengulangi hal yang sama sehingga total ia melakukannya tiga kali secara beruntun, tentu saja berkaitan dengan keberhasilan menjadi juara.
Kata three-peat pertama kali mulai dipopulerkan Pat Riley dan Los Angeles Lakers dimusim 1988-1989 dimana ketika itu Lakers yang menjadi juara NBA di tahun 1987 dan 1988 kembali membidik gelar juara di tahun 1989. Karena mereka sudah melakukan repeat dengan menjadi juara kembali di tahun 1988, maka mereka pun memopulerkan istilah three-peat yang artinya kembali mengulang hal yang pernah mereka ulang. Dengan begitu, maka jika mereka mampu menjadi juara 1989, maka mereka menorehkan three-peat dan frasa ini sendiri sudah mereka populerkan dengan penulisan-penulisan di kaos, jaket, dan topi.
Namun nyatanya, Lakers justru gagal menjadi juara dan istilah three-peat baru benar-benar menjadi populer ketika Michael Jordan dan Chicago Bulls mampu menjadi juara NBA pada musim 1991, 1992, dan 1993 yang disebut three-peat jilid satu karena Bulls kembali mampu memenangi NBA tiga kali beruntun pada tahun 1996, 1997, dan 1998 yang disebut three-peat jilid dua. Setelah itu kata three-peat pun mulai populer ke berbagai cabang olahraga lainnya di dunia ini.
Berkaitan dengan Indonesia dan bulu tangkis, maka kini ada olahragawan Indonesia yang tengah berada di ambang apa yang disebut three-peat. Mereka adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang akan segera terjun di All England tahun ini dengan status sebagai juara tahun 2012 dan 2013. Jika kembali menjadi juara, maka Tontowi/Liliyana akan menorehkan apa yang disebut three-peat.
Gambar
Berkaca pada fakta sejarah yang ada, maka meraih tiga gelar All England secara beruntun tidaklah mudah dilakukan oleh Tontowi/Liliyana. Di nomor ganda campuran, ganda terakhir yang mampu melakukannya adalah Park Joo-Bong/Chung Myung-hee pada tahun1989, 1990, 1991.
Sekedar catatan tambahan, ketika itu nomor ganda campuran masihlah merupakan nomor yang tidak terlalu diperhatikan dan dianggap sebagai nomor anak tiri karena di Olimpiade Barcelona 1992 pun, nomor ini belum dipertandingkan. Dengan demikian, banyak negara yang tidak terlalu memfokuskan diri pada pengembangan nomor ini sehingga tingkat persaingan pun belum seramai dekade saat ini.
Sejatinya pun ada pemain ganda campuran yang sudah melakukan three-peat setelah itu yaitu Gao Ling pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Namun saat itu, Gao Ling melakukannya dengan pasangan yang berbeda yaitu Zhang Jun (2006) dan Zheng Bo (2007 dan 2008). Dengan demikian, maka tidak ada satu pun ganda campuran yang mampu mencatat prestasi meraih tiga gelar All England beruntun setelah Joo-Bong/Myung-hee melakukannya pada tahun 1989, padahal setelah itu banyak bermunculan ganda campuran top dunia macam Kim Dong-moon/Ra Kyung-min, Zhang Jun/Gao Ling, Nathan Robertson/Gail Emms atau bahkan dua ganda campuran top Indonesia Tri Kusharjanto/Minarti Timur dan Nova Widianto/Liliyana Natsir yang malah tak mencicipi gelar All England sama sekali.
Betapa sulitnya melakukan three-peat juga bisa dilihat dari sejarah panjang para pebulu tangkis Indonesia di All England. Dalam catatan sejarah, hanya Rudy Hartono (tujuh kali beruntun) dan Tjun Tjun/Johan Wahjudi (empat kali beruntun) yang mampu menjadi juara All England tiga kali beruntun atau lebih. Di luar itu, tak ada lagi legenda Indonesia yang mampu melakukannya. Susi Susanti juara All England empat kali namun tak pernah mencatat tiga gelar beruntun, sedangkan Liem Swie King juara All England tiga kali namun tidak mampu melakukannya secara berurutan. Di luar itu, bahkan tak ada legenda bulu tangkis Indonesia yang mampu menjadi juara All England hingga tiga kali.
Dengan fakta tersebut, maka jelas andai Tontowi/Liliyana mampu mencatatkan three-peat tahun ini, maka hal itu akan menjadi jaminan bahwa kelak mereka akan menjadi salah satu legenda yang tidak akan kalah pamor dari deretan legenda-legenda bulu tangkis Indonesia lainnya. Mereka punya three-peat All England dan mereka tak akan minder berdiri berjajaran dengan para pengharum nama Indonesia di kancah bulu tangkis dunia.
Gambar
Betapa luar biasanya Tontowi/Liliyana andai mampu melakukan three-peat juga bisa dilihat dari persaingan bulu tangkis dunia secara keseluruhan. Sejak Cina aktif ambil bagian dari kompetisi bulu tangkis dunia, hanya Ye Zhaoying (1997, 1998, 1999), Xie Xingfang (2005, 2006, 2007), Ge Fei/Gu Jun (1996, 1997, 1998) Gao Ling/Huang Sui (2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006), dan Park Joo-Bong/Chung Myung-hee (1989, 1990, 1991) yang mampu meraih tiga gelar All England atau lebih secara beruntun. Ini artinya hanya sedikit dari bintang-bintang bulu tangkis dunia yang mampu menampilkan konsistensi, fokus, dan determinasi di All England secara kontinyu dan konsisten selama tiga tahun beruntun.
Persiapan yang dilakukan Tontowi/Liliyana sudah matang. Motivasi mereka untuk menjadi juara pun tetap tinggi. Kini tinggal menunggu bagaimana performa mereka di lapangan. Banyak yang menyebut bahwa persaingan ganda campuran saat ini dikontrol oleh empat besar yaitu Zhang Nan/Zhao Yunlei, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Xu Chen/Ma Jin, dan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Kemampuan empat ganda ini sejajar dan pertarungan sengit yang sulit diprediksi pasti terjadi ketika mereka bentrok di lapangan. Jika sudah begitu, tinggal berharap bahwa Minggu 9 Maret mendatang adalah memang Minggu untuk Tontowi/Liliyana berbahagia di podium teratas National Indoor Arena.
-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar