Minggu, 09 Maret 2014

Menjadi Tua itu Pasti, Tetap Berprestasi itu Pilihan dan Kemauan

Menjadi tua itu pasti, tetap berprestasi itu pilihan dan kemauan. Hal itu yang ditunjukkan Vita Marissa saat dirinya didaulat menjadi atlet PB Djarum paling berprestasi di tahun ini. Tiga penghargaan didapat oleh dirinya baik itu kesuksesan ada di peringkat tujuh dunia (ganda campuran), peringkat sebelas dunia (ganda putri), dan atlet terbaik PB Djarum 2013 (ganda campuran). Semua itu didapat Vita di usia yang terbilang senja untuk ukuran atlet, 33 tahun.
Berbicara Vita, memori saya kemudian terlempar ke masa lima tahun lalu, tepat di awal tahun 2009. Pemandangannya masih tergambar jelas di pikiran ini. Ketika itu di sudut GOR Cipayung, Vita duduk di bangku panjang tanpa mengenakan seragam latihan. Sementara itu rekan-rekannya yang lain masih bersimbah peluh keringat menerima instruksi demi instruksi dari Richard Mainaky.
Beberapa menit kemudian, sesi latihan di nomor ganda campuran selesai. Richard kemudian duduk di samping Vita. Liliyana Natsir yang baru selesai latihan pun turut bergabung. Keduanya tampak dalam sebuah perbincangan serius. Gurat-gurat sedih terpancar dari wajah mereka bertiga. Sementara itu tak jauh dari tiga orang tersebut, duduk Muhammad Rijal yang hanya bisa terdiam menatap ke depan dengan pandangan kosong.
Teka-teki tentang topik pembicaraan hari itu akhirnya terungkap beberapa hari kemudian. Vita mengumumkan secara resmi pengunduran diri dari pelatnas Cipayung karena tak mencapai kata sepakat perihal nilai kontrak. Pengurus PBSI saat itu beranggapan nilai kontrak yang mereka ajukan sudah sesuai dengan standar yang ada yaitu peringkat BWF milik Rijal/Vita.
Malang memang nasib Vita saat itu. Peringkat Rijal/Vita yang dijadikan tolok ukur jelas tidak fair karena mereka baru beberapa bulan berpasangan. Bukan nilai nominal rupiah yang dituntut Vita semata, melainkan bagaimana cara PBSI menghormati dan mengapresiasi jasa Vita selama ini. Toh, bagaimanapun berpasangannya Rijal/Vita saat itu bukan kehendak Vita semata melainkan pula demi keberlangsungan regenerasi bulu tangkis Indonesia.
Saat itu, Vita sudah berusia 28 tahun, usia yang boleh dibilang masuk dalam usia penurunan prestasi, terlebih untuk kategori pebulu tangkis putri. Tak sedikit yang berpikir bahwa masa emas karir Vita adalah saat dirinya berpasangan Flandy Limpele dan dengan demikian maka Vita tinggal menunggu masa pensiun saja.
Gambar
Namun nyatanya prediksi orang kebanyakan itu berhasil ditepis oleh Vita. Vita mulai merintis karir di luar pelatnas atau sering disebut dengan istilah jalur profesional yang saat itu masih belum lazim didengar karena biasanya pintu untuk sukses bagi atlet Indonesia adalah melalui jalur pelatnas. Vita mampu memberikan jawaban bahwa selalu ada hasil positif saat dirinya tak lelah untuk berjuang.
Gambar
Berpasangan dengan Hendra Aprida Gunawan, duet ini mampu menghebohkan persaingan di nomor ganda campuran dengan duduk di peringkat ketiga dunia. Bersama Nadya Melati pun, Vita juga sukses unjuk gigi dengan masuk 15 besar dunia dan sempat menjadi finalis Indonesia Terbuka 2012. Semua itu tidak diraih Vita dengan mudah. Perlu kerja keras, fokus, dan konsistensi untuk bisa mewujudkannya.
Jika pembuktian itu sepertinya belum cukup untuk menunjukkan kapasitas Vita Marissa, maka lihatlah ketika dirinya berganti pasangan.  Ia kemudian beralih pasangan dengan Variella Aprilsasi di nomor ganda putri dan dengan Praveen Jordan di nomor ganda campuran. Jika Hendra dan Nadya sudah termasuk pemain dengan jam terbang yang tinggi, maka Variella dan Praveen masihlah merupakan pemain muda dengan jam terbang masih seadanya.
Di sinilah Vita membuktikan bahwa dirinya memiliki leadership yang bagus. Ia bisa membimbing pemain muda untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ia mampu berperan menjadi pemimpin seiring bertambahnya kematangan dalam dirinya.
Gambar
Banyak yang sudah dilalui Vita dalam karirnya dan ia semakin bertambah matang seiring dengan kemampuannya menjalani konsekuensi atas semua keputusan yang sudah diambilnya, mulai dari keputusan untuk terus bermain setelah cedera bahu parah di 2004, keputusan untuk keluar pelatnas, hingga keputusan untuk berpindah klub. Vita sukses karena apapun keputusan yang ia ambil, ia siap menjalani semua konsekuensi dibaliknya.
Dan kini Vita sekali lagi memberikan penegasan, bahwa menjadi tua itu pasti, namun tetap berprestasi itu pilihan dan kemauan.
-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar