Minggu, 09 Maret 2014

0-10

0-10

Sudah dua turnamen super series/premier berlalu, sudah sepuluh gelar diperebutkan. Hasilnya : Indonesia belum kebagian satu gelar pun di bulan pertama tahun 2014 ini. Jangankan titel juara, dari 10 final yang dipertandingkan saja, Indonesia hanya mampu sekali menempatkan wakilnya, yaitu Tommy Sugiarto di Malaysia Super Series Premier.
Dua turnamen awal di tahun ini menjadi gambaran jelas bahwa kekuatan bulu tangkis Indonesia saat ini masihlah sangat rentan. Terbukti, di Korea, tanpa kehadiran pemain utama, Indonesia gagal menempatkan satu wakil pun di babak final. Para pebulu tangkis Indonesia harus gigit jari melihat keperkasaan Cina dan Negara-negara lainnya.
Berpindah ke Malaysia, ternyata cerita sedih bagi Indonesia masihlah sama meski untuk kali ini Tim Bulu Tangkis Indonesia turun dengan kekuatan penuh. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kali ini gagal unjuk gigi dan memenuhi harapan untuk pulang dengan prestasi.
Sejatinya, seandainya, sekali lagi seandainya, salah satu saja dari Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana mampu merebut titel juara di Malaysia, maka rapor performa tim Indonesia di bulan pertama tahun 2014 ini tidaklah terlalu buruk. Hal itu dikarenakan Angga Pratama/Rian Agung dan Tommy Sugiarto menunjukkan performa yang lumayan di Malaysia kemarin.
Angga/Rian mampu menembus babak semifinal dengan melangkahi Liu Xiaolong/Qiu Zihan dan Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong, sedangkan Tommy mampu menapak partai puncak sebelum akhirnya tumbang di hadapan pebulu tangkis nomor satu dunia Lee Chong Wei.
Angga/Rian sendiri boleh dibilang hanya berjarak sejengkal dari tiket final. Mereka harus mengakui keunggulan ganda tuan rumah Goh V Shem/Lim Kim Wah yang mendapat energi tambahan dari dukungan penonton yang hadir. Sementara itu, perjuangan Tommy di babak final pun patut diapresiasi. Dirinya sudah berhasil menjebak Chong Wei dalam pola permainannya di sepanjang game pertama. Namun sayangnya, Chong Wei mampu lepas dari sergapan itu di pengujung game pertama dan kemudian berbalik mendominasi penuh di game kedua.
Image
copyright : badmintonindonesia.org
Performa Angga/Rian dan Tommy menarik untuk diapresiasi namun lagi-lagi, berbicara atlet kategori prestasi, tentu penilaian akhirnya tetaplah keping-keping medali tanda posisi tertinggi.
Tetapi jika dilihat lebih dalam, sepertinya apa yang terjadi di bulan pertama ini seolah menjadi penegasan untuk PBSI bahwa mereka harus tetap mawas diri. Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana bukanlah sosok yang tak tersentuh oleh pemain-pemain lainnya di dunia ini. Mereka memang pemain hebat namun masih berpeluang besar untuk bisa dikalahkan. Karena itulah yang bisa dilakukan oleh pemain lainnya adalah mengejar ketertinggalan mereka dari Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana untuk kemudian sama-sama berdiri sejajar menanggung beban sebagai pemain andalan Indonesia di berbagai turnamen besar.
Melihat Cina saat ini, rasa iri pantas dan normal jika keluar. Bagaimana tidak, dari 10 gelar yang sudah diperebutkan di awal tahun 2014 ini, tujuh di antaranya menjadi milik mereka dengan rincian empat gelar di Korea dan tiga gelar di Malaysia. Tidak sampai di situ, koleksi tujuh gelar yang ada tersebut dipersembahkan oleh enam pebulu tangkis/ganda mereka. Jelas terlihat sebuah pemerataan pembinaan sehingga kompetisi sudah tercipta diantara sesama pemain mereka sendiri.
Kondisi Indonesia saat ini pun boleh dibilang tidak jauh berbeda dibandingkan Negara-negara yang berstatus Negara kuat di bulu tangkis lainnya seperti Korea, Denmark , Malaysia, dan Jepang.  Mereka juga masih kesulitan memperbanyak jumlah pemain andalan yang bisa dibebankan target juara di berbagai kompetisi elit dunia.
Sebagai gambaran, tahun lalu, Cina meraih total 31 gelar dari 12 turnamen super series/premier plus satu super series finals yang menyediakan total 65 gelar juara. Tidak sampai di situ, 31 gelar itu sendiri diraih oleh 14 pemain/wakil yang berbeda.
 Bandingkan dengan Indonesia yang meraih 11 gelar lewat empat wakil, Malaysia yang mendapat tujuh gelar lewat Lee Chong Wei seorang, Korea yang merebut enam gelar dari tiga wakil, dan Denmark yang merebut lima gelar dari empat wakil.Karena banyaknya wakil yang bisa diandalkan untuk menjadi juara itulah, Cina akhirnya tak pernah sekalipun hampa gelar di sebuah turnamen super series/premier pada tahun lalu.
Situasi itu sendiri sepertinya tidak diragukan lagi kemungkinan besar akan berlanjut tahun ini. Bagi Indonesia sendiri, mengejar posisi Cina saat ini masih terlalu sulit dilakukan, namun untuk mengembangkan performa sendiri lebih baik dibandingkan tahun lalu jelas masihlah merupakan sebuah harapan yang ideal.
Jika ada empat pemain/wakil yang bisa jadi juara musim lalu, maka semoga untuk tahun ini jumlah tersebut bisa bertambah. Jika Tommy Sugiarto dan Markis Kido/Marcus Fernaldi hanya meraih satu gelar tahun lalu, semoga tahun ini mereka dan juga para pebulu tangkis Indonesia lainnya bisa mencuri gelar lebih banyak. Harapan-harapan itu tentunya diembuskan sambil terus berharap Ahsan/Hendra dan Tontowi/Liliyana segera menemukan level terbaik dari permainan mereka. Dengan demikian, maka 0-10 di awal tahun ini bisa berubah menjadi 11-65 di akhir tahun seperti tahun lalu atau bahkan lebih baik lagi.
-Putra Permata Tegar Idaman-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar