Sering kita dengar sejak jaman dulu
bahwa ada peribahasa yang berbunyi ‘Air Susu Dibalas dengan Air Tuba,’ yang
artinya sebuah kebaikan yang malah berbalas dengan keburukan. Peribahasa ini
memang merupakan sebuah ironi karena sejatinya setiap insan pastinya ingin
mendapat feedback sebuah perlakuan yang baik atas hal baik yang telah mereka
lakukan pada seseorang dan bukan malah sebuah hal yang di luar harapannya.
Berkaitan dengan Pengurus Besar
Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) yang baru saja aktif
bertugas pada awal tahun ini, mereka sepertinya mengedepankan servis ‘air susu’
kepada para atlet yang bernaung . Hal ini bisa dilihat dari beberapa langkah
yang telah mereka lakukan sejauh ini.
Yang pertama tentunya adalah langkah
memanggil para pelatih hebat yang selama ini malang melintang bertualang di
luar negeri seperti Rexy Mainaky (Kabid Binpres) dan Riony Mainaky (pelatih ganda
putrid). Legenda bulu tangkis Indonesia seperti Susi Susanti pun mau dibujuk
untuk menjadi staff ahli di bidang pembinaan dan prestasi.
Langkah ini jelas bisa diibaratkan
pemberian ‘air susu’ oleh Pengurus PBSI kepada para pemain yang ada di bawah naungan
pelatnas. Dengan menghadirkan tokoh-tokoh terbaik dalam bidang pembinaan dan
prestasi yang selama ini sudah dirindukan kepulangannya, PBSI pastinya berharap
atlet mendapatkan polesan terbaik dalam keseharian latihan mereka.
Yang kedua pastinya soal sistem
kontrak baru yang diterapkan mulai tahun ini. Dengan sistem kontrak individu,
rata-rata para atlet di pelatnas saat ini menerima bayaran lebih besar
dibandingkan tahun sebelumnya saat kontrak masih diberlakukan dengan sistem
kolektif terhadap satu apparel saja.
Dalam pengumuman yang dirilis oleh
PBSI, nilai kontrak terbesar yang didapat oleh atlet adalah lebih dari 1 miliar
rupiah untuk durasi satu tahun dan yang terkecil adalah 25 juta pertahun.
Dengan nilai kontrak di atas satu miliar, maka seorang pemain bisa mendapat
penghasilan 90-100 juta rupiah per bulannya. Untuk yang terkecil, dua juta
lebih per bulan sudah berada pada entry level penghasilan mayoritas perusahaan
di Indonesia.
Uang yang mereka dapatkan itu
sendiri belumlah merupakan penghasilan final. Mereka masih bisa terus meraup
materi dari prestasi mereka di tiap kejuaraan yang mereka ikuti. Bukan itu
saja, Gita pun menjanjikan bahwa mulai saat ini tak akan ada pemotongan terkait
prize money yang didapat oleh para pemain dari tiap kejuaraan. Belum lagi
iming-iming Most Valuable Player (MVP) yang bernilai satu miliar rupiah di
penghujung tahun bagi pemain yang dianggap menampilkan performa paling apik di
antara para pemain pelatnas.
Sederet jabaran di atas merupakan
gambaran bahwa memang PBSI sejauh ini memang terus memberikan ‘air susu’ kepada
para pemain yang ada di pelatnas PBSI. Mungkin yang sedikit agak ketat hanyalah
soal peraturan keluar pelatnas yang lebih diperketat dan pemberlakuan jam malam
plus sejumlah peraturan soal kedisiplinan. Namun jika ditelaah lebih
dalam, peraturan itu sendiri sejatinya untuk kemajuan para atlet. Terlebih jika
mengambil perbandingan dengan cabang olahraga lain di Indonesia, bulu tangkis
menjadi satu-satunya cabang olahraga yang mampu menjalankan pelatnasnya
sepanjang tahun tanpa kekhawatiran soal ketersediaan dana, penginapan, dan
lainnya, rasanya peraturan soal disiplin hanyalah ‘persoalan kecil.’
Dengan langkah PBSI memberi ‘air
susu’ kepada para pemain, maka PBSI pastinya berharap ada feedback positif dari
para pemain. Feedback positif berupa prestasi ini sendiri sejatinya tidak akan
membuat nama PBSI lebih besar dari pemain itu sendiri. Prestasi pemain pastinya
akan melambungkan nama pemain itu sendiri, baik dari segi pamor maupun materi.
Tentunya secara logis hasil ini
tidak akan langsung sekejap mata tercipta usai kondisi terpuruk yang dialami
oleh bulu tangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun pastinya para
pemain juga diharapkan mulai memikul beban target yang ada di dalam diri mereka.
Meraih target yang dicanangkan oleh pelatih dan diri mereka sendiri, setahap
demi setahap, sampai akhirnya mereka nantinya bisa mencapai tujuan besar yang
mereka impikan dalam perjalanan karir mereka.
PBSI sendiri menegaskan bahwa
kebangkitan bulu tangkis Indonesia perlu waktu dan tidak bisa tercipta instan.
Untuk tahun ini, PBSI menargetkan tiap nomor memiliki perwakilan di 10 besar
dunia. Karena itu, sebelum menuju langkah besar di tahun ini, para pemain harus
memulai langkah kecil mereka dengan berusaha seoptimal mungkin memenuhi target
yang telah dicanangkan misal minimal babak perempat final dan seterusnya
tergantung dari posisi saat ini dan realitas persaingan yang ada.
Semoga ke depannya, ‘Air Susu’ yang
telah diberikan PBSI bisa berbalas gelar juara, dan bukan malah duka yang belum
tahu kapan redanya. Maju terus bulu tangkis Indonesia!
- PUTRA PERMATA TEGAR IDAMAN-