Selasa, 26 Februari 2013

Air Susu Dibalas…






Sering kita dengar sejak jaman dulu bahwa ada peribahasa yang berbunyi ‘Air Susu Dibalas dengan Air Tuba,’ yang artinya sebuah kebaikan yang malah berbalas dengan keburukan. Peribahasa ini memang merupakan sebuah ironi karena sejatinya setiap insan pastinya ingin mendapat feedback sebuah perlakuan yang baik atas hal baik yang telah mereka lakukan pada seseorang dan bukan malah sebuah hal yang di luar harapannya.

Berkaitan dengan Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) yang baru saja aktif bertugas pada awal tahun ini, mereka sepertinya mengedepankan servis ‘air susu’ kepada para atlet yang bernaung . Hal ini bisa dilihat dari beberapa langkah yang telah mereka lakukan sejauh ini.
Yang pertama tentunya adalah langkah memanggil para pelatih hebat yang selama ini malang melintang bertualang di luar negeri seperti Rexy Mainaky (Kabid Binpres) dan Riony Mainaky (pelatih ganda putrid). Legenda bulu tangkis Indonesia seperti Susi Susanti pun mau dibujuk untuk menjadi staff ahli di bidang pembinaan dan prestasi.

Langkah ini jelas bisa diibaratkan pemberian ‘air susu’ oleh Pengurus PBSI kepada para pemain yang ada di bawah naungan pelatnas. Dengan menghadirkan tokoh-tokoh terbaik dalam bidang pembinaan dan prestasi yang selama ini sudah dirindukan kepulangannya, PBSI pastinya berharap atlet mendapatkan polesan terbaik dalam keseharian latihan mereka.

Yang kedua pastinya soal sistem kontrak baru yang diterapkan mulai tahun ini. Dengan sistem kontrak individu, rata-rata para atlet di pelatnas saat ini menerima bayaran lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya saat kontrak masih diberlakukan dengan sistem kolektif terhadap satu apparel saja. 

Dalam pengumuman yang dirilis oleh PBSI, nilai kontrak terbesar yang didapat oleh atlet adalah lebih dari 1 miliar rupiah untuk durasi satu tahun dan yang terkecil adalah 25 juta pertahun. Dengan nilai kontrak di atas satu miliar, maka seorang pemain bisa mendapat penghasilan 90-100 juta rupiah per bulannya. Untuk yang terkecil, dua juta lebih per bulan sudah berada pada entry level penghasilan mayoritas perusahaan di Indonesia.

Uang yang mereka dapatkan itu sendiri belumlah merupakan penghasilan final. Mereka masih bisa terus meraup materi dari prestasi mereka di tiap kejuaraan yang mereka ikuti. Bukan itu saja, Gita pun menjanjikan bahwa mulai saat ini tak akan ada pemotongan terkait prize money yang didapat oleh para pemain dari tiap kejuaraan.  Belum lagi iming-iming Most Valuable Player (MVP) yang bernilai satu miliar rupiah di penghujung tahun bagi pemain yang dianggap menampilkan performa paling apik di antara para pemain pelatnas.

Sederet jabaran di atas merupakan gambaran bahwa memang PBSI sejauh ini memang terus memberikan ‘air susu’ kepada para pemain yang ada di pelatnas PBSI. Mungkin yang sedikit agak ketat hanyalah soal peraturan keluar pelatnas yang lebih diperketat dan pemberlakuan jam malam  plus sejumlah peraturan soal kedisiplinan. Namun jika ditelaah lebih dalam, peraturan itu sendiri sejatinya untuk kemajuan para atlet. Terlebih jika mengambil perbandingan dengan cabang olahraga lain di Indonesia, bulu tangkis menjadi satu-satunya cabang olahraga yang mampu menjalankan pelatnasnya sepanjang tahun tanpa kekhawatiran soal ketersediaan dana, penginapan, dan lainnya, rasanya peraturan soal disiplin hanyalah ‘persoalan kecil.’

Dengan langkah PBSI memberi ‘air susu’ kepada para pemain, maka PBSI pastinya berharap ada feedback positif dari para pemain. Feedback positif berupa prestasi ini sendiri sejatinya tidak akan membuat nama PBSI lebih besar dari pemain itu sendiri. Prestasi pemain pastinya akan melambungkan nama pemain itu sendiri, baik dari segi pamor maupun materi.

Tentunya secara logis hasil ini tidak akan langsung sekejap mata tercipta usai kondisi terpuruk yang dialami oleh bulu tangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun pastinya para pemain juga diharapkan mulai memikul beban target yang ada di dalam diri mereka. Meraih target yang dicanangkan oleh pelatih dan diri mereka sendiri, setahap demi setahap, sampai akhirnya mereka nantinya bisa mencapai tujuan besar yang mereka impikan dalam perjalanan karir mereka.

PBSI sendiri menegaskan bahwa kebangkitan bulu tangkis Indonesia perlu waktu dan tidak bisa tercipta instan. Untuk tahun ini, PBSI menargetkan tiap nomor memiliki perwakilan di 10 besar dunia. Karena itu, sebelum menuju langkah besar di tahun ini, para pemain harus memulai langkah kecil mereka dengan berusaha seoptimal mungkin memenuhi target yang telah dicanangkan misal minimal babak perempat final dan seterusnya tergantung dari posisi saat ini dan realitas persaingan yang ada.

Semoga ke depannya, ‘Air Susu’ yang telah diberikan PBSI bisa berbalas gelar juara, dan bukan malah duka yang belum tahu kapan redanya. Maju terus bulu tangkis Indonesia!

- PUTRA PERMATA TEGAR IDAMAN-