Minggu, 20 Januari 2013

SELAMAT DATANG KEMBALI, SONY!





‘Saya hanya ingin bisa bermain dengan baik, tanpa ada rasa sakit.’

Itulah yang diucapkan oleh Sony Dwi Kuncoro, sekitar 10 bulan lalu. Saat itu, Sony telah menjalani serangkaian terapi dan siap untuk kembali merajut mimpi. Tidak muluk-muluk. Tidak ada ambisi untuk bisa kembali ke 20 besar, 10 besar, atau 5 besar. Sony hanya ingin kembali bermain dengan normal, dengan sehat, dan tanpa rasa sakit.

Meski apa yang diucapkan di mulut terlihat sederhana, Sony jelas butuh pembuktian besar bahwa karirnya sebagai pebulu tangkis memang belumlah habis. Dirinya tak bisa begitu saja hanya kembali bermain dan sekedar menjadi penghias turnamen. Karena jika demikian yang terjadi, maka Sony tetap akan sama riwayatnya dengan andai ia tetap terbelit cedera, dilupakan dan dianggap sudah selesai karirnya.

Dan Sony sadar benar akan hal itu. Ia menetapkan tujuan setahap demi setahap. Hasil baik pun mulai datang kepada peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 ini. Selepas mengucapkan kalimat itu pada Axiata Cup yang berlangsung pada bulan April 2012, Sony mulai memperlihatkan tajinya di turnamen Malaysia Grand Prix Gold. Di turnamen ini, ia mampu melenggang ke babak final sebelum kalah dari pebulu tangkis nomor satu dunia Lee Chong Wei. Performa apik itu dilanjutkan Sony di ajang Thailand Terbuka dimana ia sukses menjadi juara, titel perdananya sejak ia menjadi juara di Singapura Super Series 2010.

Titel ini seolah menanamkan keyakinan pada diri Sony. Pebulu tangkis kelahiran 1984 ini seolah bisa berteriak kepada dirinya sendiri bahwa ia masih bisa menjadi yang terbaik. Setelah itu, grafik Sony sendiri mulai membaik dan ia bisa masuk ke babak akhir di beberapa turnamen. Tidak hanya itu, ia juga sukses menggenggam titel Indonesia Grand Prix Gold. Di akhir tahun, Sony pun sudah masuk peringkat 20 besar dunia.

Gebrakan itu kemudian berlanjut di awal tahun dimana Sony bisa merangsek ke 10 besar dan kemudian melesat ke peringkat lima dunia berkat masuk semifinal Korea Terbuka Super Series Premier. Melihat hasil di Malaysia Super Series, bukan tak mungkin peringkat Sony akan kembali melonjak.
 Sumber kekuatan utama dari kebangkitan Sony jelas terletak dari tak lunturnya motivasi untuk bangkit yang ada di dalamnya. Dirinya selalu percaya bahwa akan ada jalan selama ia tak pasrah pada kondisi yang dialaminya.

Situasi ini sendiri tak serta merta muncul dalam diri Sony. Pada masa keterpurukannya di 2012, Sony sendiri terlihat sempat menghindari media. Jika biasanya Sony ramah bertegur sapa kepada media yang ditemuinya di Cipayung, pada tempo itu Sony justru memilih menghindar dan kalau bisa tidak sampai bertatap muka dan beradu pandang. 

Namun perlahan tapi pasti Sony mulai menata diri. Dia tak mau tenggelam dalam keterpurukan. Ia mulai berani berbicara soal perkembangan cederanya dan harapan yang masih ingin dicapainya. Ambisi itu kemudian dipadu oleh kerja keras yang hasilnya saat ini mulai terlihat.

Sony bisa kembali berada di posisi papan atas dunia saat ini tidak lain lantaran ia pernah merasakan berada di titik terendah dalam perjalanan karirnya. Bukan hanya lantaran mengalami kegagalan demi kegagalan, Sony bahkan sampai pada level ‘hanya ingin bermain tanpa gangguan rasa cedera.’ Hal inilah yang diyakini membuat Sony kini sangat menghargai pertandingan demi pertandingan yang ia jalani. Setiap pertandingan bagi Sony mungkin terasa seperti berkah dan nikmat besar sehingga dirinya tak akan menyia-nyiakannya.
Namun dibalik keberhasilan come back yang dialami Sony saat ini, jelas ada harapan bahwa Sony tak serta merta berpuas diri pada titik ini. Masih banyak yang bisa diraih Sony di ‘karir keduanya’ sebagai seorang pebulu tangkis. Usia yang akan menginjak 29 tahun pada 2013 ini juga bukan merupakan halangan karena dari segi tekad, Sony saat ini justru seperti pebulu tangkis muda yang baru saja meniti karirnya di dunia bulu tangkis. Yang perlu diperhatikan mungkin soal kondisi tubuhnya yang tentunya diharapkan bisa selalu dalam kondisi fit dan prima.

Memang ke depannya masih banyak tantangan yang akan dihadapi oleh Sony. Ada peribahasa bahwa merebut lebih baik daripada mempertahankan dan inilah yang mungkin dialami oleh Sony nantinya. Perjuangan Sony tahun ini dipastikan akan lebih berat. Melonjaknya peringkat Sony tahun lalu, selain didasari penampilan impresifnya, juga dilandasi oleh rekening poinnya yang memang masih sedikit. 

Berdasarkan sistem poin yang dianut oleh BWF, maka tugas Sony mempertahankan poin demi poin yang telah diraihnya tahun lalu bakal menjadi lebih berat. Namun di balik itu, keuntungan pun didapat Sony dari peringkatnya saat ini. Jika tahun lalu ia sempat merasakan menjadi pengisi waiting list di babak kualifikasi turnamen super series, maka pada awal tahun ini Sony akan menikmati status unggulan dimana langkahnya di atas kertas akan lebih mudah dibandingkan perjalanannya tahun lalu.

Mengamati kebangkitan Sony sendiri, tentunya banyak yang berharap ini adalah tonggak kebangkitan nomor tunggal putra Indonesia. Melihat Sony bisa keluar dari mission impossible yang ada pada dirinya, harusnya Simon Santoso, Dionysius Hayom Rumbaka dan tunggal putra lainnya seolah mendapat ‘tamparan.’ Seluruh pemain tunggal putra yang ada harusnya merasa ‘malu dan minder’ terhadap pencapaian Sony setahun belakangan ini dan lebih termotivasi untuk berlatih, bekerja keras, dan menunjukkan prestasi. Selamat datang kembali Sony!

-Putra Permata Tegar Idaman-