‘Dan Merekapun Hidup
Bahagia Selamanya.’
Kalimat itu adalah kalimat pemungkas yang sering ada dalam
cerita dan dongeng-dongeng zaman dulu. Dengan menggemanya kalimat itu, sebuah
perjalanan panjang, perjuangan yang menyakitkan, berakhir dengan sebuah
kebahagiaan yang terus dikenang.
Kalimat ini jelas diperuntukkan bagi mereka yang telah
melewati tantangan dan mencapai tujuan besar dalam hidupnya. Dengan hal itu
pula, maka pelatnas Cipayung bukanlah tempat dimana atlet bisa nyaman dalam
bernaung dan berdiam. Kalimat ‘Dan Merekapun Hidup Bahagia Selamanya,’ tidaklah
cocok dialamatkan kepada para penghuni Pelatnas Cipayung, tempat yang sejak
tahun 1990-an menjadi kawah pembinaan para pebulu tangkis Indonesia.
Cipayung seharusnya bukan menjadi tempat yang ‘nyaman’ dan
para penghuninya harus sadar benar akan hal itu. Posisi mereka sebagai anggota
pelatnas Cipayung itu bukan merupakan sesuatu yang abadi, melainkan sesuatu
yang dipertaruhkan oleh reputasi yang mereka miliki. Durasi mereka di pelatnas
Cipayung itu bukan sebuah kepastian melainkan tergantung penampilan.
Karena itu, para penghuni pelatnas Cipayung sebaiknya
membuang jauh-jauh rasa puas ketika mereka telah mendapatkan label sebagai
pemain tim nasional dengan masuk sebagai anggota pelatnas Cipayung. Menjadi
anggota pelatnas, sejatinya bukan hanya mendapat kehormatan sebagai calon
pengharum nama bangsa. Menjadi anggota pelatnas, itu berarti sang pemain juga
semakin dituntut profesionalisme mereka sebagai pemain bulu tangkis.
Di luar soal dan perihal mengharumkan nama bangsa, para
atlet bulu tangkis pelatnas jelas tak ubahnya seperti pekerja profesional
lainnya. Mereka dikontrak dengan besaran nominal yang sebanding dengan prestasi
yang telah mereka raih. Semakin banyak deretan prestasi yang bisa mereka
sebutkan, semakin banyak rupiah yang mereka dapatkan. Terlebih dengan sistem
sponsor individu seperti saat ini, maka atlet bisa semakin memperkaya diri.
Jadi, jangan jadikan pelatnas tujuan akhir dalam karir
mereka sebagai pebulu tangkis. Jangan merasa gembira berlebihan ketika
menyandang status sebagai atlet pelatnas. Masuk pelatnas, itu bukan akhir dari
tujuan melainkan setengah jalan menuju impian.
Mereka harus ingat berapa ratus orang atau bahkan mungkin
ribu orang yang mereka sisihkan dalam perjuangan mereka mendapatkan tiket
menuju Cipayung. Tiap tahunnya, Cipayung mungkin hanya menerima sekitar 20
anggota baru jadi yang ada di pelatnas ini memang orang-orang yang benar-benar
telah melewati persaingan yang tak mudah.
Jadi, di tengah suasana keakraban dan penuh persahabatan
yang ada di Cipayung, para pemain harus tetap sadar bahwa satu sama lain dari
mereka adalah saingan. Mereka bisa bersahabat dengan saling memotivasi dengan
tidak mau kalah satu sama lain.
Atlet adalah profesi yang paling riskan di Indonesia.
Terkenal saja belum tentu hidup nyaman setelah pensiun, apalagi yang hanya
kelas semenjana. Karena itu, para pemain sudah harus memiliki pola pikir untuk
fokus sepenuhnya terhadap profesi ini dan bukan malah terlena di tengah jalan
ketika status pemain pelatnas dalam genggaman.
Memang dengan tingkat kesejahteraan yang ada saat ini, para
atlet level menengah di pelatnas bulu tangkis pun sudah bisa hidup dalam ukuran
nyaman untuk tingkat orang Indonesia pada umumnya. Namun yang mesti diingat durasi
usia atlet rata-rata mungkin hanya sekitar 10 tahun. Jika ia dinilai tak berkembang,
ia bahkan bisa saja tak bertahan lama di Cipayung dan berkarir kurang dari
kurun waktu tersebut.
Kerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki di hari-hari mereka
sebagai anggota pelatnas, baik saat latihan maupun saat pertandingan, sehingga
nantinya jika memang sang atlet harus keluar dan terdepak dari pelatnas, ia
bisa keluar dengan kepala tegak karena sudah memberikan seluruh kemampuan yang
ia punyai. Jangan sampai para atlet keluar dari pelatnas dengan diiringi
ratapan dan penyesalan karena merasa tak optimal dalam keseharian atau merasa
tak mengeluarkan kemampuan secara maksimal.
Kerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki di hari-hari mereka
sebagai anggota pelatnas, baik saat latihan maupun saat pertandingan, karena
bisa jadi itu adalah langkah-langkah kecil mereka yang diulang-ulang menuju
prestasi-prestasi besar. Sehingga nantinya trofi-trofi dan medali-medali yang
mereka raih sepanjang karir itu bisa menjadi juru bicara bagi sang pemilik yang
telah gantung raket dengan berkata,’Dan Ia (mereka) hidup bahagia selamanya.’
Bukan di Cipayung, melainkan di kehidupan mereka seutuhnya sebagai seorang
atlet.
-Putra Permata Tegar Idaman-
-Putra Permata Tegar Idaman-