Rabu, 25 Juli 2012

Tradisi Emas, Berapa Persen Rakyat Indonesia yang Cemas?




Jelang Olimpiade London 2012 berlangsung, pertanyaan yang mengemuka adalah mampukah Indonesia mempertahankan tradisi emas di ajang Olimpiade? Memang sungguh mengiris hati karena Indonesia dengan status sebagai negeri berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa mengartikan tradisi emas adalah tradisi minimal mendapatkan satu emas. Dengan sumber daya manusia yang besar, secara perhitungan kasar Indonesia harusnya mampu meraih prestasi yang lebih baik di ajang sekelas Olimpiade.

Namun sebelum membicarakan hal itu, bagaimana pandangan rakyat Indonesia sendiri terhadap berlangsungnya Olimpiade di London pada 27 Juli-13 Agustus ini. Seberapa pentingkah arti tradisi emas Indonesia di ajang Olimpiade bagi mereka? Berapa persen dari lebih dari 200 juta jiwa rakyat Indonesia yang cemas terhadap keberlangsungan tradisi emas? 

Cemas di sini tidak hanya berarti khawatir dan pesimis, melainkan lebih kepada bentuk kepedulian. Apakah mayoritas bangsa Indonesia saat ini mengerti bahwa akan berlangsung Olimpiade dan ada 22 atlet Indonesia yang akan berjuang di berbagai arena pertandingan? Berapa persen nanti penduduk Indonesia yang akan turut bersuka ria ketika pahlawan Indonesia mampu membawa pulang kepingan emas? Atau nantinya mereka tetap beraktivitas seperti biasa seolah tak terjadi sesuatu yang hebat di negeri ini?

Saat Indonesia belum pernah meraih medali emas, antusiasme rakyat Indonesia begitu tinggi ketika menyambut Olimpiade Barcelona 1992. Saat bulu tangkis masuk sebagai cabang baru yang dipertandingkan, maka sejak saat itu masyarakat larut dalam euforia. Masyarakat yakin, ini saatnya Indonesia berjaya. Dan ketika Alan Budikusuma dan Susi Susanti membawa sepasang emas, maka semua membicarakannya. Tidak hanya mereka yang menggemari bulu tangkis dan olahraga, melainkan mayoritas rakyat Indonesia memperbincangkannya. Bukti sahihnya ada saat ini dimana orang tak akan pernah lupa nama Alan dan Susi.
Sementara untuk saat ini sendiri, geliat di tengah masyarakat pun belum terlalu terasa. Hal ini ditambah minimnya dana persiapan yang ada sehingga Komite Olimpiade Indonesia (KOI) mengakui secara terus terang bahwa pos untuk promosi pun terpaksa ditekan.

Olimpiade adalah sebuah gelaran besar. Pertandingan di arena olahraga seolah menjadi versi baru perang di era modern ini. Negara-negara besar ingin memenangkan peperangan sehingga mereka pun melakukan persiapan khusus yang sangat serius. Mereka sadar, atlet adalah prajurit yang bisa mempertahankan kedaulatan mereka sebagai sebuah negara.

Maka terlihat wajar jika penguasa Olimpiade adalah negara-negara yang memang secara umum pun merupakan negara-negara besar dan berpengaruh di dunia. Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan sederet negara lain macam Inggris Raya, Prancis, dan Jerman yang masih mendominasi papan atas perolehan medali secara umum.

Indonesia sendiri tak boleh berkecil hati. Meskipun hanya di beberapa arena pertempuran prajurit Indonesia bisa tampil kompetitif, hal itu tak boleh menyurutkan niat rakyat Indonesia untuk memberikan dukungan optimal. Justru lantaran peluang untuk meraih emas di Olimpiade masih kecil bagi Indonesia di setiap gelarannya, maka itu artinya emas Olimpiade benar-benar sangat berharga. Satu emas Olimpiade sudah akan menjadi kebanggaan. Karena itu, yang dibutuhkan para pejuang di lapangan adalah dukungan demi dukungan.

Karena itu, untuk mengatasi kondisi yang cenderung masih adem-ayem di beberapa hari jelang pertandingan dimulai, tentunya mari berharap terjadinya perubahan gejolak. Dengan makin mudahnya akses informasi yang bisa diperoleh masyarakat dari seluruh penjuru dunia, diharapkan akan makin banyak rakyat Indonesia yang antusias mendukung perjuangan para atlet Indonesia dan menantikan keberhasilannya. Semakin intens terdengarnya pembicaraan tentang kiprah atlet Indonesia di berbagai lokasi dan suasana, maka itu berarti semakin tinggi animo dan kepedulian masyarakat terhadap perjuangan atlet Indonesia. Selamat berjuang atlet Indonesia! Selamat memberikan dukungan rakyat Indonesia!


Jumat, 20 Juli 2012

Motivasi Tambahan dari Taman Makam Pahlawan





Posisi matahari hampir tepat berada di atas kepala ketika para atlet bulu tangkis menginjakkan kaki di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata pada Kamis (20/7). Meski demikian, hal itu sama sekali tak menyurutkan langkah tegap mereka masuk menuju gerbang. Prosesi ziarah pun dengan khidmat mereka jalani meski panasnya matahari terus menyinari.

Empat hari jelang keberangkatan tim Olimpiade Indonesia ke London, PBSI memutuskan melakukan proses pelepasan di area TMP Kalibata. Acara ini sendiri terdiri dari peletakkan karangan bunga di Monumen, berdoa, hingga acara tabur bunga ke sejumlah makam pahlawan.

Acara yang berlangsung sekitar satu jam ini berjalan penuh khidmat. Pemain terlihat antusias mengikuti acara demi acara karena mereka sadar benar betapa besarnya jasa pahlawan terhadap keberadaan dan eksistensi negara bernama Indonesia.

“Jelas saya bangga bisa mengikuti prosesi seperti ini, apalagi sampai ikut menabur bunga di makam pahlawan yang dulu hanya saya kenal lewat buku pelajaran saja seperti contohnya Ahmad Yani,” tutur Greysia Polii seusai acara tabur bunga di jajaran makam para pahlawan revolusi. “Kunjungan ke sini jelas membuat saya semakin terpacu dan termotivasi di Olimpiade nanti,” kata Simon Santoso menegaskan.

Memang, acara yang dihelat PBSI di Kalibata kemarin mempertemukan dua sosok pahlawan. Jika para pahlawan yang telah bersemayam di TMP Kalibata adalah mereka-mereka yang telah berjuang demi merebut dan mempertahankan kedaulatan negeri ini, maka sang pengunjung, para atlet, adalah pahlawan di era modern dimana arena pertandingan didaulat menjadi versi baru dari medan perang.

“Tentunya kami ingin memberikan yang terbaik di Olimpiade nanti. Kami ingin bisa meraih medali emas dan mohon doa restu dari semua masyarakat Indonesia agar kami bisa meraih medali emas,” tutur Tontowi Ahmad yang akan jadi andalan di nomor ganda campuran bersama Liliyana Natsir.

Keberhasilan atlet di ajang Olimpiade jelas menjadi sebuah kemenangan suatu bangsa. Dan bagi Indonesia, pasukan bulu tangkis tetap menjadi tumpuan utama di ‘peperangan’ Olimpiade pekan depan. Persiapan sudah dilakukan dan kini tinggal menunggu hari pertempuran datang. Selamat berjuang para pahlawan!

 PUTRA PERMATA TEGAR IDAMAN