Rabu, 18 April 2012

Pelatnas, Kapal Induk yang Bermasalah Namun Tak Boleh Dihancurkan




Sudah sejak beberapa dekade lalu, pelatnas bulu tangkis PBSI, baik itu saat berlokasi di Senayan maupun saat hijrah ke Cipayung, seolah menjadi kapal induk yang mengantarkan kejayaan para pebulu tangkis Indonesia.

Lewat daya jelajahnya yang mencakup lingkup internasional (baca : kemampuan ekonomi yang mumpuni), satu per satu pasukan (baca : atlet) diantarkan menuju medan perang. Bukan hanya sekedar mengantarkan, kapal induk bernama pelatnas itu pun membina dan menempa para pasukan tersebut hingga akhirnya mereka menjadi pasukan-pasukan tangguh yang memenangkan pertempuran demi pertempuran.

Di balik kehebatan kapal induk bernama pelatnas tersebut, jelas ada peran dari kapal-kapal kecil bernama klub-klub bulu tangkis di Indonesia. Kapal-kapal kecil ini membina pasukan dari usia dini dan menempa mereka lewat pertempuran-pertempuran di tingkat nasional. Lantaran daya jelajah nya yang terbatas hanya tingkat nasional, mereka pun menitipkan harapan untuk melihat suksesnya para pasukan lewat peran dari kapal induk bernama pelatnas. Kapal induk pelatnas ini sendiri selalu memantau perkembangan pasukan dari tiap kapal kecil setiap tahunnya dan melakukan perekrutan bagi mereka yang dianggap mampu bersaing di medan perang internasional.

Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini ? Di saat kompetensi kapal induk dipertanyakan kemampuannya menghasilkan para pasukan tangguh ? Di saat beberapa kapal kecil sudah memiliki kemampuan untuk berlayar menjelajah internasional mengirimkan para pasukannya berlaga tanpa bantuan kapal induk bernama pelatnas ? haruskah kapal induk pelatnas dihancurkan dan melepas begitu saja kiprah para kapal kecil ?

Yang pertama, keberhasilan beberapa kapal kecil berlayar secara internasional dan mengirimkan pasukannya tentu patut mendapatkan apresiasi. Itu artinya, pelatnas tidak menjadi satu-satunya kapal harapan yang mampu mewujudkan mimpi para manusia Indonesia menjadi pasukan elit yang disegani di tingkat dunia. Ada kapal lain yang bisa menjadi alternatif untuk meraih sukses.

Namun apakah dengan itu lebih baik kapal induk pelatnas dihancurkan ? Tentu kata ‘tidak’ adalah pilihan yang paling bijak. Kapal kecil yang memiliki akselerasi menuju medan perang internasional tentu sedikit jumlahnya. Tidak semua kapal kecil bisa memenuhi pembiayaan untuk terus berlayar ke arena internasional sepanjang tahun. Karena itu, kapal induk pelatnas masih menjadi pelabuhan antara bagi para pasukan dari kapal kecil yang ingin meraih nama di persaingan tingkat dunia.

Belum lagi soal fasilitas penunjang para pasukan, seperti kepelatihan, kesehatan, gizi, dan juga lain-lainnya. Semua hal itu masih tersaji dan tersedia di kapal induk pelatnas. Kasarnya, setelah menjadi bagian dari anggota pelatnas, para pasukan hanya perlu giat berlatih sepanjang waktu. Urusan lain, sudah ada petugas (baca : pengurus) yang akan melayani mereka.

Lalu, bagaimana dengan kemunduran prestasi yang dialami pasukan pelatnas periode ini ? Tentu sistem nya yang perlu diperbaiki, bukan lantas metode kapal induk pelatnas nya yang diubah karena metode ini belumlah usang dan masih layak digunakan.

Rekrutmen pasukan perlu transparansi yang lebih jelas mengenai kriteria dan sebagainya. Para petugas di kapal induk pun tak boleh membuat keputusan yang tak berlandaskan alasan yang logis. Jika mereka tak mampu menjadi petugas yang baik, tentu lebih baik turun dari kapal induk tersebut.

Para pasukan pun harus sadar akan tanggung jawabnya. Mereka hanya punya bulu tangkis sebagai modal utama. Meraih kejayaan, itu artinya nama mereka akan semakin mendunia. Gagal dalam medan perang, itu artinya mereka harus menundukkan kepala tanpa meraih kebanggaan apa-apa.

Jika semua pihak di atas kapal induk pelatnas sudah menyadari peran masing-masing, tentu cerita masa lalu kejayaan kapal induk pelatnas yang meraih kemenangan demi kemenangan di berbagai pertempuran, bukan lagi isapan jempol semata untuk kembali diulang.


nb : tulisan merupakan bahan diskusi denga Om @smesnyangkut . males ditwit kepanjangan, jadi mendingan sekalian ditulis :P