Selasa, 09 Agustus 2011

TAK MENGAPA TAK JUARA DUNIA




Jelas banyak yang beranggapan bahwa Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2011 ini mutlak harus kita menangkan. Pasalnya dengan tajuk kejuaraan dunia, jelas itu berarti bahwa turnamen ini adalah turnamen paling bergengsi di dunia, dimana seluruh pebulu tangkis dunia berlomba-lomba untuk meraih mahkota juara.
Indonesia sendiri, terakhir kali memiliki juara dunia pada tahun 2007 lalu, lewat nama Markis Kido/Hendra Setiawan dan Nova Widianto/Liliyana Natsir. Setelah itu, kejuaraan dunia 2009 dan 2010 hanya menjadi cerita pedih bagi para pebulu tangkis Indonesia lantaran tak ada satu gelar pun yang mampu kita bawa. Cina begitu berkuasa dengan memboyong Sembilan gelar juara dalam dua tahun terakhir dan satu gelar tersisa menjadi milik Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl dari Denmark pada tahun 2009.
Lalu, bagaimana masa depan Indonesia di kejuaraan dunia kali ini ? Tentunya semua berharap bahwa Indonesia mampu kembali memiliki juara dunia tahun ini, karena itu berarti membuktikan eksistensi kita sebagai negara kuat dalam percaturan bulu tangkis dunia. Namun andai kembali gagal menjadi juara dunia tahun ini apakah berarti sebuah bencana ?
Jika menilik dari gengsi, kejuaraan dunia saat ini jelas bergengsi hanya karena tajuknya saja. Frekuensi pemutaran yang setiap tahun, kecuali pada tahun penyelenggaraan Olimpiade, tak dimungkiri turut membuat degradasi gengsi turnamen ini. Dengan diselenggarakan tiap tahun, turnamen ini tak ubahnya turnamen Premier Super Series lainnya.
Dengan begitu, jelas Olimpiade saat ini memiliki gengsi lebih besar dibandingkan kejuaraan dunia. Dengan durasi tiap empat tahun sekali, sulit bagi tiap pemain untuk menebus kegagalan mereka di satu Olimpiade pada Olimpiade berikutnya. Poin inilah yang menjadi nilai lebih Olimpiade.
PBSI sendiri sejak jauh-jauh hari telah menyiratkan bahwa Olimpiade adalah tujuan utama mereka, bukan kejuaraan dunia ataupun turnamen-turnamen lainnya. Lalu bukankah, lebih baik memiliki juara dunia sebelum gelaran Olimpiade sebagai pertanda kita siap untuk meneruskan tradisi emas Olimpiade?
Indonesia sudah berpengalaman tiga kali tanpa gelar di kejuaraan dunia yang berlangsung setahun sebelum Olimpiade, namun nyatanya Indonesia tetap sukses membuat tradisi Olimpiade berjalan. Kejuaraan dunia 1991, 1999, dan 2003 menjadi saksi bahwa hampa gelar juara dunia di satu tahun sebelum Olimpiade bukanlah kendala.
Tentu bukan sekedar hampa gelar biasa. Bolehlah Indonesia tak meraih gelar juara, namun bukan lantas para pebulu tangkis Indonesia boleh tampil sekenanya. Mereka harus menunjukkan determinasi dan totalitas mereka di atas lapangan. Tak mengapa tak juara berarti para pebulu tangkis Indonesia tidak perlu diberi target berlebihan di kejuaraan dunia ini, namun tetap harus bermain dengan penuh tanggung jawab.
Maklum, beberapa andalan Indonesia masih belum mencapai kondisi matang, karena itu janganlah diberi beban berlebihan. Mohammad Ahsan/Bona Septano, Greysia Polii/Meiliana Jauhari, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir adalah nama-nama yang diproyeksi bisa menjadi andalan Indonesia di Olimpiade London 2012 mendatang dan sudah diharapkan untuk bisa meretas prestasi dari sekarang.
Di lain sisi, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kejuaraan dunia kali ini memang benar-benar sebuah lembaran baru bagi Indonesia dan para calon andalannya. Tanpa adanya Nova Widianto/Liliyana Natsir,  Markis Kido/Hendra Setiawan dan menurunnya penampilan Taufik Hidayat tahun ini, tanggung jawab berprestasi memang lantas berada di pundak mereka.
Namun harus diingat, mereka masih butuh waktu untuk berada dalam kondisi sempurna dan siap menjadi andalan. Andai mereka gagal setelah tampil baik di kejuaraan dunia ini, tentu itu akan menjadi suntikan motivasi yang luar biasa bagi mereka untuk terus mengasah diri dalam waktu satu tahun tersisa menuju Olimpiade London tahun depan.
Merebut gelar juara dunia tentu menjadi sebuah nikmat tak terkira bagi Indonesia, karena kita sudah lama tak merasakannya. Namun andai gagal, rasanya tak mengapa, asal semua pemain sudah berjuang sekuat tenaga dan menampilkan seluruh kemampuan yang mereka miliki disertai keinginan menang yang tinggi di atas lapangan. Tak mengapa tak juara dunia, asal kita bisa membalasnya di Olimpiade London tahun depan.
Kebetulan, Wembley Arena yang digunakan untuk kejuaraan dunia tahun ini akan kembali dipakai untuk Olimpiade tahun depan. Jadi bisa dibilang, Indonesia boleh menangis di Wembley Arena tahun ini, tapi jadikan itu pelajaran agar kita pasti tertawa di tempat yang sama di tahun depan. Semoga!